#Opini. Dampak 100% Digitalisasi

PENDIDIKANTULISAN

Taqim

7/21/20243 min baca

white concrete building
white concrete building
#Opini

Dampak 100% Digitalisasi

(Disclaimer, saya tidak anti digital, hanya mengajak berpikir rasional. Sesuaikan dengan rasionya, jangan berlebihan, jangan kekurangan)

Opini, itu mengapa jangan gunakan 100% digital sebagai sistem utama termasuk media pembayaran.

  • Jika sudah 100% cashless, apa-apa pakai QRIS, e-Banking, Blockchain, dll.

  • Bayar cash tidak dianjurkan lagi sehingga seluruh warga menyimpan hampir semua uang di Bank atau Blockchain, menukarkan emas perak dan benda berharga lainnya.

  • Ekosistem keluarga tidak dianjurkan lagi dengan opini praktis apa-apa serba ada dengan 1 kali klik saja dengan adanya teknologi perekonomian, sehingga tidak perlu punya lahan untuk menanam cabai, sayur atau pakan lainnya.

  • Membeli lahan online atau lebih dikenal dengan virtual land di dunia virtual atau metaverse lebih cuan daripada punya lahan beneran dengan dalih ribet ngurusinya, resiko besar, kejahatan orang sekitar, dll.

  • Membeli apa-apa mudah walau tidak memiliki uang cukup karena akses peminjaman sangat mudah dengan hadirnya pinjam bank, pinjaman online, kredit lokal/toko, kredit rumah, dll.

  • Semua data berada di awan (data online) sehingga seluruh data mudah diakses sampai-sampai hacker juga mudah mengaksesnya (mungkin disebabkan lemahnya sistem pemerintahan)

  • Jual beli atau pemesanan barang karena semua serba sistem digital sehingga kesulitan menjalankan plan B (wajib cash) karena mayoritas pelanggan sudah cashless. Seperti peristiwa ketika terkena dampak BSOD (Blue Screen Of Death) Microsoft

  • Sosialisasi dari media sosial online, popularitas menjadi cita-cita utama. Sampai tidak kenal siapa tetangga kita. semua serba konten, viral, cuan, atau apapun itu yang penting mengikuti tren

    Bayangin...!!! Ketika uang cash sudah tidak ada (serba cashless semua di HP), emas sudah tidak di tangan, ekosistem rumah tidak ada yang tersisa hanya kompor untuk memasak bahan yang dibeli dari pasar, lahan ladang sawah tidak punya, ternak tidak punya, tetangga bukan rasa tetangga karena sosial hanya ada di media tidak di komplek sehingga canggung meminta tolong, merasa aman sehingga tidak perlu lagi latihan mental (kuat mental) bela diri karena percaya bahwa negara sudah aman dari segala kejahatan, dan hal-hal lain yang melenakan manusia.

Saya anggap paragraf di atas adalah hal-hal yang melenakan karena dengan adanya kemajuan teknologi masa kini untuk masa depan, kita lupa tradisional masa lalu karena dianggap kolot, lemah, lelet, lambat.

Dampak yang kita khawatirkan jika 100% serba digital adalah dengan 2 kali serangan:

  1. Serangan pertama adalah mati listrik / mati lampu. Dibuat saja mati lampunya selama 3 hari, kemungkinan kekacauan transaksi pasar memburuk hingga 30% karena butuh daya untuk menjalankan teknologi. Belum lagi bahas kebutuhan2 rumah dan industri atas dana listrik tersebut. Jangan bilang masih ada solusi daya emergency, sejauh apa mampu menanggulangi daya listrik yang padam tadi.

  2. Serangan kedua adalah mati internet atau mati satelit. Dampak mati internet bisa sampai 2 kali lipat daripada dampak mati listri. Bayangin bagaimana melakukan transaksi jika tidak ada internet. Bagaimana industri dan pemerintahan menjalankan tugas-tugasnya jika internet putus.

Kita belum bercerita apakah emas kita sudah tidak ada lagi di Indonesia karena terlena dengan uang digital kita. Belum bercerita ada banyak lahan yang sudah dikuasai asing. Belum bercerita banyaknya sumber daya alam yang diambil asing. Dan hal-hal ini disebabkan karena terlena oleh canggihnya teknologi.

Dampak tersebut tidak akan terjadi jika kita menggunakan rasional kita. Harus pas, jangan lebih jangan kurang. Rasionya harus sesuai. Dosisnya harus sesuai. Pembahasan di atas terlalu luas dan lebar. Tapi saya bukan bahas teknologinya, saya bahas prilaku kita, dan cara berpikir kita. Poin pentingnya adalah rasionalnya. Topik dampak teknologi dipakai karena salah satu yang mendominasi di zaman ini adalah kecanggihan teknologi.

Jika memanfaatkan teknologi sesuai dengan rasionya, sesuai kebutuhan saja, tidak melulu teknologi. Kadang yang manual sangat membantu. Yang tradisional sangat manusiawi. Tujuan kita apakah mewujudkan cita-cita bang Elon Musk pada teknologinya?. Memanusiakan manusia adalah perkejaan mulia. Bertemu langsung dan bercerita lebih menyentuh daripada videocall. Dan lainnya. Manfaatkan sesuai kebutuhan saja. Rasional saja. Jika tidak mengganggu dan merusak tatanan ketika menggunakan cash atau bahkan menggunakan emas, jangan dianggap urgen harus beralih ke cahsless.

Ambil, pakai, dan berikan sesuatu sesuai dengan takaran dan kebutuhannya. Emas jika dipakai untuk pondasi rumah karena dianggap emas adalah benda mulia sehingga rumah akan menjadi mulia juga tidak pas. Pakailah besi yang lebih murah tapi lebih kuat dan kokoh sesuai dengan takarannya. Teknologi tidak bisa menjadi guru yang menyalurkan ilmunya, tapi teknologi bisa dimanfaatkan sebagai media yang mudah untuk menyalurkan ilmu. Sebagai media juga ada batasnya, jika semua sudah serba otomatis hanya dengan bersuara semua sudah tertulis, kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya menulis dengan pena. tidak tahu caranya menarik garis dari yang lurus kemudian bengkok untuk membentuk huruf yang indah sesuai bakatmu. tidak tahu bagaimana menulis arab. dan perumpamaan-perumpamaan lainnya.

Tulisan ini akan direvisi jika ada kesalah pahaman atas apa yang saya buat. Terimakasih telah membaca.